Melodi
dan Memori
“Cause I’m
broken. When I’m lonesome. And I don’t feel right when you’re gone. You’ve gone
away. You don’t feel me. Anymore....” Alunan lagu Broken selesai dibawakan oleh duet
Keysha dan Fendy secara akustik. Tepuk tangan pengunjung memenuhi ruangan Jasmine Cafe and Resto. Fendy tersenyum
puas sambil menggenggam gitar dan memandang gembira pada Keysha.
“Terima kasih,” ucap Keysha kepada para pengunjung yang
makan malam sekaligus menikmati penampilannya bersama Fendy. Kemudian mereka
menuju ruangan manajer kafe itu. Mereka berhak menerima honor serta mendapat
pujian dari sang manajer .
“Good job... Tapi kalo boleh kasih saran, kalian bisa
nambah personel satu orang lagi? Supaya lebih lengkap. Ada alat musik gitar,
bass, dan keyboard,” kata manajer.
“Ide bagus. Kami akan pertimbangkan. Oke.. Kami mohon
pamit dulu,” ucap Fendy undur diri. Fendy dan Keysha bersalaman dengan sang
manajer. Mereka melangkah keluar dari kafe itu. Keysha melirik jam di
pergelangan tangannya. Pukul 9 malam. Sebenarnya ia ingin naik taksi saja, tapi
Fendy memaksa untuk mengantarnya pulang.
Keysha turun dari boncengan motor Fendy. Mereka sudah
sampai di depan pagar rumah Keysha. Mereka hafal betul, pasti papa Keysha
sedang menunggu kepulangannya. Mereka memasuki halaman rumah sederhana itu.
“Makasih ya, Fendy... Mestinya aku bisa pulang sendiri
naik taksi. Kamu gak perlu repot anterin aku pulang.”
“Udah lama aku gak ketemu Papa kamu. Pengen menyapa
beliau dan buktikan kalo aku tanggung jawab nganter putrinya ini selamat sampai
di rumah,” ucap Fendy santai. Ada perasaan aneh di hati Keysha saat mendengar
ucapan Fendy. Seperti orang pacaran saja. Tapi hingga saat ini hubungan mereka
bersahabat. Meski Keysha menyadari, ia ingin lebih dari ini.
“Aku pulang, Pa...,” ucap Keysha setelah membuka pintu.
Papanya sedang membaca buku di ruang tamu.
“Selamat malam, Om..,” Fendy menghampiri Papa Keysha
lalu mencium tangannya.
“Tadi main di mana?” tanya Papa dengan tatapan tak
beranjak dari bukunya.
“Jasmine Cafe and
Resto. Papa tau kan tempatnya? Bagus kok Pa..,” jawab Keysha.
“Bagus... Yaudah cepet masuk kamar! Udah malem,” kata
Papa tegas.
“Kalo gitu saya pamit dulu, Om..,” kata Fendy sopan.
Papa Keysha hanya mengangguk dengan ekspresi dingin. Keysha benci melihat
pemandangan tak menyenangkan itu. Setelah mengantarkan Fendy sampai depan
pintu, Keysha kembali ke depan papanya.
“Pa, bisa bersikap lebih baik kan sama Fendy?! Dia udah
nganter aku pulang. Gak sampai melebihi jam 12. Kita juga kerja beneran. Gak
macem-macem!” protes Keysha.
“Tetap saja Papa gak setuju dengan kerjaan nyanyi di
kafe. Tempat seperti itu banyak yang gak bener! Pergaulan bebas, minum-minum,
obat terlarang!”
“Keysha udah dewasa, Pa! Key tau mana yang bener, mana
yang salah! Key bisa jaga diri sendiri! Fendy juga orang baik-baik. Papa gak
perlu khawatir. Papa cukup percaya sama Keysha!” bentak Keysha. Bbrrraakkk!!
Keysha masuk ke kamar dengan membanting pintunya. Ia belum memahami perasaan
Papa yang teramat menyayangi putrinya.
***
“Jadi kita nambah personel satu orang lagi buat pegang
bass?” tanya Keysha pada Fendy. Sore itu, Keysha ke rumah Fendy. Cowok itu
tinggal sendirian terpisah dari orang tuanya. Setelah lulus sekolah, Fendy
hidup mandiri di sebuah rumah kontrakan. Rumah itu pula yang dijadikan basecamp
sekaligus studio sederhana untuk mereka latihan band.
“He’em.. Kamu pegang gitar dan lead vokal. Aku keyboard.
Personel baru main bass-nya. Bentar lagi dia dateng. Dia teman SMA-ku. Tapi
udah lama gak ketemu, hampir tiga tahun... Kemarin aku hubungi dia,” Fendy
menjelaskan. Beberapa saat kemudian, datanglah seseorang yang mereka tunggu.
“Hay, Bro... Hay, Sist... Wah, seru nih.... Kenalin, aku Yovi,” ucap orang yang baru
datang itu dengan antusias. Ia berangkulan dengan Fendy karena sekian lama tak
berjumpa. Ia juga menyalami Keysha dengan senyum mengembang. Yovi terdiam
menatap Keysha.
“Aku Keysha. Kenapa liatin aku? Ada yang aneh?” tanya
Keysha heran.
“Oh, nggak.... Sorry.. Pacarnya ya?” Yovi melirik Fendy.
“Bukan...!!” jawab Fendy dan Keysha bersamaan. Yovi
tertawa.
“Hehehe... Oke, oke.. Ayo, kita mulai!” Lalu mereka
latihan bersama.
***
Keysha, Fendy, dan Yovi selesai perform di sebuah kafe.
Seperti biasa, penampilan band akustik mereka mendapat apresiasi yang bagus
dari para pengunjung. Waktu menunjukkan pukul 10 malam. Keysha sudah bersiap
untuk pulang.
“Baru jam segini. Nongkrong dulu, yuk!” ajak Yovi tanpa
beban.
“Sorry, aku gak bisa. Aku harus langsung pulang,” jawab
Keysha tegas.
“Kenapa? Wah, gak seru banget dong. Tenang aja deh, kita
senang-senang dulu.”
“Ehm, gini Bro... Peraturan di band kita, Keysha gak
bisa nongkrong terlalu malam. Papanya melarang,” Fendy menjelaskan dengan
hati-hati,”Bahkan sebenarnya dia dilarang main band, tapi nekat.”
Yovi hanya menjawab,”Oh..” Keysha terdiam. Perasaannya
bad mood.
“No problem.. Kalo gitu, kita anter Keysha pulang aja,”
Yovi tersenyum. Dua cowok itu mengambil motornya masing-masing di tempat
parkir. Keysha dibonceng Yovi. Gadis itu tidak menyadari, perasaan Yovi sangat
gugup memboncengnya.
“Diem aja sih dari tadi, Key. Maaf ya, aku gak tau kalo
ternyata kamu dilarang nge-band sama Papa kamu,” Yovi bersuara di perjalanan.
“Iya, gak apa-apa kok,” jawab Keysha pelan.
“Boleh tanya sesuatu gak?”
“Tanya apa, Yov?”
“Kamu beneran gak pacaran sama Fendy? Keliatannya kalian
deket banget.”
“Nggak, Yov... Sama seperti aku dan kamu. Kita
bersahabat.”
“Oh.. Kalian kenal di mana?”
“Aku sama dia ketemu di sebuah kafe, waktu sama-sama
ngelamar kerja jadi pemain musik. Akhirnya kita berdua gabung jadi pasangan
duet.”
Sampai di depan rumah Keysha.....
“Kita langsung cabut aja ya,” pamit Yovi setelah Keysha
turun dari boncengannya.
“Salam buat Papa ya, Key,” ucap Fendy. Keysha
mengangguk. Ia menatap kedua motor kawannya yang makin menjauh.
***
Beberapa bulan kemudian....
Band akustik yang
digawangi oleh Keysha, Fendy, dan Yovi semakin banyak mendapat job.
Hampir tiap hari mereka main musik di kafe, restoran, acara pernikahan, dan
event lainnya. Mereka bisa dibilang cukup sukses. Terkadang ada beberapa
penggemar setia yang minta tanda tangan atau berfoto bersama. Banyak perubahan
yang mereka alami. Satu perubahan yang mengganggu Keysha adalah sikap Fendy. Ia
semakin sering ikut nongkrong dengan Yovi. Sebenarnya Keysha tidak keberatan,
meski ia tidak selalu bisa ikut. Tapi ia merasa ada yang aneh dari sikap Fendy.
Dulu Fendy berpenampilan rapi. Sekarang ia lebih
berantakan seperti Yovi. Awalnya Keysha mengira, sifat Yovi memang cuek dan
tidak peduli pada kerapian. Ternyata kini Fendy juga ikutan seperti Yovi.
Mereka berdua semakin mirip dengan rambut panjang sebahu. Keysha mengakui,
wajah Yovi lebih menarik. Tapi baginya, Fendy tetap yang terbaik.
Dan perubahan sikap Fendy ini membuatnya curiga. Fendy
yang dulu selalu perhatian, kini tidak lagi. Tidak pernah lagi Fendy atau Yovi
mengantarkan Keysha pulang seusai perform. Bukan berarti Keysha ingin selalu
diantar pulang. Tapi kedua sahabatnya itu menjadi acuh. Keysha merasa mereka
semakin menjauh. Mereka seperti memiliki dunia sendiri yang tak dipahami
Keysha. Apa sebenarnya yang terjadi dengan mereka berdua?
Suatu malam, Keysha tidak mampu lagi membendung rasa
penasarannya. Ia ingin menyelidiki Fendy dan Yovi saat nongkrong berdua. Apa
saja yang mereka lakukan? Keysha mengambil handphone-nya. Ia menelepon Fendy.
Tak diangkat. Ia memang jarang menghubungi Fendy dan Yovi, kecuali urusan
nge-band. Apalagi malam-malam seperti ini, papanya pasti mengomel jika tahu ia
mengobrol gak jelas di telepon. Keysha beralih menelepon Yovi. Sama, juga tidak
diangkat.
Lalu Keysha mengetik SMS pada Fendy: Fen, aku butuh
bantuanmu. Sekarang!
Beberapa menit, Fendy membalas: Ada apa Key?
Keysha: Aku mau ketemu kamu sekarang. Penting!
Fendy: Harus sekarang? Aku ada urusan.
Keysha: Urusan apa? Sama siapa? Bukannya kamu sama Yovi?
Fendy: Iya.
Kening Keysha mengerut. Gak jelas banget nih Fendy!
Seperti ada yang ditutupi oleh Fendy saat nongkrong dengan Yovi seperti ini.
Mereka pikir, Keysha gak mungkin menemui mereka karena dilarang keluar malam
oleh papanya. Tapi kali ini, Keysha nekat! Jam sudah menunjukkan pukul 11
malam. Keysha mengendap-endap keluar untuk pergi ke rumah Fendy. Perasaannya
tidak enak. Ia harus bertemu Fendy sekarang juga!
Keysha mengeluarkan motor barunya. Ia sudah mampu
membeli sebuah motor dari hasil kerjanya. Hal ini juga yang membuat personel
band-nya pulang sendiri-sendiri dan terasa semakin menjauh. Keysha mengira, ia
sudah cukup mengenal Fendy. Tapi kini, ia pun tidak mengerti apa yang terjadi
pada sahabatnya itu. Ia secepatnya meluncur ke rumah Fendy. Ia bahkan tidak
peduli lagi jika papanya mengamuk saat mengetahui ia pergi dari rumah tanpa
izin. Apapun ia terjang demi mengetahui keadaan Fendy.
Sampai di depan rumah Fendy.......
Keysha mengetuk pintu. Sepi. Keysha meraih engsel pintu.
Jeglekkk.... Pintu terbuka karena tidak dikunci. Keysha masuk ke rumah kecil
itu. Hanya ada satu kamar di sana. Ketika ia melihat pemandangan di kamar yang
pintunya tidak ditutup itu, mata Keysha membelalak. Ia ngeri menatap Fendy
tergeletak dengan jarum suntik menancap di lengannya. Sedangkan Yovi terduduk
di pojok dengan bubuk putih berhamburan di sekitarnya.
“Fendy!!! Yovi!!!” Keysha berlutut ke hadapan dua
sahabatnya.
Yovi membuka matanya lalu tertawa-tawa. Keysha semakin
ketakutan. Apalagi Fendy tak kunjung bangun padahal berulang kali ia memanggil
namanya.
“Fendy! Fendy!! Bangun!! Fendy!! Ya Tuhan....!!! Apa
yang kalian lakukan??!!” Keysha histeris,”Yovi!! Apa semua ini??”
Yovi menghampiri Keysha tapi justru mendapat serangan
bertubi-tubi dari gadis itu,”Hey, santai Keysha! Tenang!!”
Keysha masih memukuli, menjambak, dan menampar
Yovi,”Kurang ajar!! Kamu apain Fendy, hah??!!”
Yovi yang masih setengah sadar menatap Fendy. Busa putih
keluar dari mulut kawannya. Yovi mulai takut. Fendy over dosis! Keysha semakin
panik. Jeritannya terdengar nyaring,“FENDYYYY!!!!!!”
***
“Apa kau melihat dan mendengar tangis
kehilangan dariku... Baru saja ku ingin kau tahu perasaanku... Padamu....”
Lagu milik Bunga
Citra Lestari terngiang di telinga Keysha. Fendy meninggal karena over dosis
narkoba. Fendy telah terkubur bersama perasaan yang ia pendam selama ini. Yovi
tertunduk dengan wajah pucat di sebelah Keysha. Sesungguhnya Yovi tak sanggup,
tapi ia harus menjelaskan semuanya. Meski Keysha tak mau lagi melihat wajah Yovi.
Bagi Keysha, Yovi adalah pembunuh Fendy.
“Aku memang salah, Key... Semua ini salahku. Sebelum aku
meringkuk di penjara, aku katakan segalanya. Aku ngajak Fendy makek barang
haram itu, bahkan aku juga berniat ngajak kamu. Tapi Fendy melarang. Dia gak
mau kamu ikutan rusak. Karena dia sayang sama kamu! Tapi dia sadar, Papa kamu
pasti gak suka sama dia. Karena profesinya yang anak band. Dia memilih untuk
menjauhimu demi kebaikanmu. Dan kamu harus tau! Aku juga sayang sama kamu sejak
pertama kita ketemu! Aku memang gak sebaik Fendy, bahkan aku buat nyawanya
melayang. Aku gak pantas untukmu, Key. Tolong maafin aku....”
Tangis Keysha meledak saat mendengar penuturan Yovi di
kantor polisi. Keysha diperiksa sebagai saksi atas kematian Fendy. Ia tak
menyangka jadi begini. Kini ia tau perasaan Fendy, tapi setelah orang yang
dicintainya telah tiada. Keysha terus menangis. Yovi merangkulnya. Ia tau itu
tak pantas dilakukannya. Tapi mungkin ini terakhir kalinya ia bertemu Keysha,
sebelum polisi memasukkannya ke dalam jeruji besi. Ia harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya.
***
“I've tried so hard to tell myself that you're gone.. But though you're
still with me... I've been alone all along.....”
Lagu My
Immortal dari Evanescence semakin menambah kepedihan hati Keysha. Sejak hari pemakaman
Fendy, ia tak keluar dari kamar. Sudah satu minggu lamanya ia masih tenggelam
dalam kesedihan. Bayangan Fendy terus menghantuinya. Ia tak sanggup untuk
bernyanyi lagi karena hal itu membuatnya selalu teringat pada Fendy.
Papa Keysha ikut bersedih dengan kejadian ini.
Ada perasaan kehilangan karena sebenarnya Fendy adalah orang yang baik. Papa
berusaha menghibur Keysha,”Maafkan Papa juga, Key... Harusnya Papa tidak
mengacuhkan Fendy. Harusnya Papa juga perhatian padanya, seperti Papa
memperhatikan anak Papa sendiri. Semestinya Papa ikut mengawasi, membimbing,
dan menasihati dia sehingga tidak terjerumus pada pergaulan yang salah.
Sekarang nasi sudah menjadi bubur. Mungkin ini takdir yang terbaik untuknya.
Apa yang terjadi pada Fendy menjadi pelajaran untuk kita semua. Kita doakan
saja dia agar mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan...”
***
Beberapa tahun kemudian...
Keysha berusaha
melawan rasa sedihnya. Ia menjadi guru les vokal anak-anak di sebuah tempat
kursus musik. Ia mulai bangkit dan menikmati profesi menjadi pengajar
anak-anak. Melihat tingkah lucu anak-anak merupakan hiburan tersendiri baginya.
Sedikit demi sedikit ia bisa melupakan kesedihannya atas kepergian Fendy.
Papanya pun menyetujui dan mendukung profesi barunya ini. Hingga suatu hari, datanglah seseorang dari masa lalunya yang
kelam.
“Keysha, aku mau
nambah pengajar di tempat kursus ini. Kemarin ada yang ngelamar kerja ke sini.
Tapi, dia mantan narapidana,” Mas Erwin, pemilik tempat kursus itu bercerita
pada Keysha.
Keysha tersentak
mendengarnya. Namun ia berusaha positive thinking. Ia bertanya,”Oh ya?? Mas
Erwin yakin memperkerjakan mantan napi? Ehm... Bukannya aku mendiskriminasi,
tapi tempat kita kan banyak anak-anak.”
“Nah, makanya aku
minta dia datang ke sini sebentar lagi. Aku mau lihat keseriusan dia. Kita juga
gak boleh pesimis. Mantan napi juga berhak dapat kerja kan?” ucap Mas Erwin
yang sebenarnya disetujui Keysha. Tapi masih dalam keraguannya, tiba-tiba
seseorang datang ke tempat kursus itu. Keysha terpaku melihat wajah di
hadapannya.
Yovi!!! Penampilan
Yovi berubah lebih segar, serta potongan rambut yang rapi. Tapi Keysha tak bisa melupakan wajah itu. Begitu
juga dengan Yovi yang terdiam menatap wajah Keysha.
Beberapa detik
keheningan itu akhirnya terpecah oleh suara Mas Erwin,”Selamat datang.Yovi yang
kemarin ya? Silakan masuk. Seperti kesepakatan, kita adakan tes dulu ya?”
“Ehm... Iya,” jawab
Yovi canggung. Sedangkan Keysha pergi begitu saja dari tempat itu.
***
Keysha duduk terdiam di kamarnya. Ia tak sanggup berlama-lama di tempat
kerjanya sebab Yovi ada di sana. Ia tak tau, apakah ia sanggup bertemu lagi
dengan Yovi. Ia belum bisa berdamai
dengan masa lalunya. Namun tak disangka, setelah pulang dari tempat kursus,
Yovi pun mendatangi rumah Keysha malam itu.
Keysha mendengar suara ketukan pintu. Ia membukakan pintu namun segera
menutupnya lagi. Yovi mencegahnya. Tangannya bergerak cepat meraih Keysha dan
segera bicara,”Keysha, please.... Aku mohon, kita harus bicara!”
“Pergi!!! Gak ada yang perlu diomongin lagi!” Keysha berontak dari
genggaman Yovi.
“Lihat mataku, Key... Aku sungguh-sungguh.... Aku nyesel... Aku ingin minta
maaf... Tolong, maafin aku,” rintihan Yovi dengan air mata mulai jatuh di
pipinya. Keysha terdiam. Ia pun merasakan kesedihan yang luar biasa. Teringat
lagi kenangannya ketika Fendy masih ada. Namun ia tau, ia sangat kejam jika tak
memaafkan Yovi. Sedangkan Tuhan saja Maha Pengampun.
Papa Keysha keluar dari rumah karena mendengar kegaduhan itu. Ia segera
merangkul Yovi dan berujar,”Yovi!! Ya Tuhan.... Apa kabar, Nak??”
Papa Keysha menyuruh mereka duduk dan menenangkan diri. Mama Keysha
membawakan air dan mempersilakan mereka minum. Setelah kondisi tenang, Papa
mulai bicara,”Syukurlah, Yovi sudah bebas. Yang penting, berusaha jadi orang
lebih baik. Jangan ulangi kesalahan di masa lalu. Dan Keysha, maafkanlah Yovi.
Kita sama-sama memperbaiki diri.”
***
Di tempat kursus.....
Keysha berdiri di
balik jendela studio. Di dalam, Yovi dan beberapa anak sedang belajar alat
musik drum. Mereka sangat antusias. Sesekali terdengar tawa dan terlihat senyum
Yovi mengembang. Keysha ikut tersenyum melihatnya. Kini Yovi jadi rekan
kerjanya sebagai pengajar di tempat kursus ini. Ia senang melihat Yovi menjadi
lebih baik. Bahkan Yovi sangat disukai oleh murid-murid di sana. Mas Erwin juga
telah mengetahui masa lalunya dan Yovi. Mereka menemukan kebahagiaan baru di
sini. Tiba-tiba seorang anak mendekati jendela dan menggodanya,”Wah, Kak Keysha
ngelihatin Kak Yovi nih!! Ciiieeee.....” Suara anak-anak riuh menggoda Keysha
dan Yovi. Mereka tersenyum ceria.