Liburan tanggal
merah, 18 April 2014. Pukul 9 pagi di Stasiun Mojokerto.
Jarang-jarang,
bahkan hampir gak pernah naik kereta api. Rasanya excited meski berangkatnya tanpa tempat duduk. Kereta api
legendaris “Doho” yang aku dengar namanya sejak kecil. Wajahnya pun masih sama
seperti dulu, meski sekarang ada AC tapi perlu lebih banyak pembaharuan. Memang
sudah gak ada pedagang asongan berkeliaran, lebih tepatnya pedagang gak bisa
masuk karena kepenuhan penumpang. Aku pikir akan berat menempuh perjalanan
dengan berdiri, tapi ternyata menjalaninya tak seberat bayanganku. Meski
bersandar di antara sambungan gerbong, di sebelah toilet yang kadang berbau
saat tertiup angin. Tapi kau bilang gak apalah, gak tiap hari juga. :P
Berdiri
berdesakan dengan beberapa anak muda, alias berondong. Kau main tebak-tebakan
denganku, berapa umur mereka? Dan aku pun salah tebak. “Anak sekarang wajahnya
terlihat lebih tua dari umurnya, gak seperti kita,” kau bilang.
Saat kau
ajak salah satu anak itu ngobrol, dia bilang kelas 9 SMP yang sebentar lagi
ujian. Mereka berasal dari Jombang, tapi kok sempat-sempatnya main ke Surabaya
waktu mendekati ujian begini. Dia bilang ingin melanjutkan ke pondok setelah
lulus SMP nanti. Kita pun menyadari, ternyata kita ini orang yang punya banyak
adik seumuran dia yang segera menjalani ujian. Untuk adik-adikku serta yang
kemarin di kereta api, sukses yaa ujiannya... :D
Perjalanan
berlanjut selama 1 jam dan sama sekali gak terasa. Sama sekali gak seperti naik
roaller coaster atau wahana penyiksa
orang. Semua berjalan tenang dan lancar. I
like it... Sangat bisa menikmati, walau dengan berdiri. Biarlah, toh kata
adik-adik, kebanyakan duduk bisa mengurangi umur. :P. Yang terpenting adalah
naik kereta api anti mabuk perjalanan. Hoooorrrreeeee..... :D
Di pasar
Wonokromo...
Putar-putar
cari titipan ibu, ternyata lebih mudah daripada cari baju untuk diriku sendiri.
Kejadian lucu buatku, saat cari baju di salah satu stan. Ada anak berusia 2
tahunan lagi lari-larian. Mungkin saking semangatnya dia baru bisa jalan dan
lari, si adik kecil berlarian sampai ibunya ketinggalan jauh. Si adik yang di
sebelahku ikut liat-liat baju dan deketin pramuniaga. Mbak pramuniaga itu pun
tanya padaku,”Ini anak sampean ta mbak??”. Waduh, perasaan tadi aku berangkat
gak bawa anak deh! “Bukan,” jawabku. Si anak lari lagi dan ibunya
mengejar-ngejar. Beratnya bayangin bawa anak. Bawa diriku sendiri aja kuatir
hilang, apalagi bawa anak. *Makanya belum dikasih amanah.*J
Di Royal
Plaza...
Perjuangan
berat itu saat cari tempat duduk buat makan di food court. Maklum lah tanggal merah. Full. Penuh banget! Habis
makan lanjut ke Gramedia. Inilah salah satu kesamaan kita: gemar membaca.
Setelah puas baca-baca dan milih-milih buku, kita bayar ke kasir, lalu ambil
barang belanjaan yang dititipkan di tempat penitipan. Kita pun sepakat keluar
dari Royal. Kita melepas lelah dengan duduk-duduk di trotoar samping Royal. Eh,
gak taunya ketemu teman kuliah plus tetanggaku Mas Chandra. Dia memang
petualang sejati. :D
Setelah
ngecek barang belanjaan, ups.... Ternyata ada yang hilang! Sepatu kecil untuk
keponakanmu, adik Nesa. Pasti tadi jatuh di tempat penitipan Gramedia. Padahal
tadi belinya udah jalan keliling pasar Wonokromo. Sekarang udah keluar Royal
pun, harus balik masuk lagi ke dalam! Capeeekkkk... Tapi gak apalah demi sepatu
kecil untuk adik Nesa. Dan meskipun gak bisa nonton film Sepatu Dahlan karena full booked, yang penting bisa bawa
pulang sepatu kecil adik Nesa. J
Senja di
Stasiun Wonokromo....
Langit semakin
gelap. Kita menunggu kereta untuk pulang. Rupanya gak on time. Kereta tiba 15 menit lebih lambat dari jadwal yang
tertulis di tiket. Namun kekecewaan itu musnah saat melihat kereta api “Arjuno”
yang sangat bagus itu. Kereta yang masih baru dan nyaman, berbeda jauh dengan
kereta untuk berangkat tadi. Harga tiket pun 2x lipat. Pintu terbuka otomatis
dan kita pun menaikinya. Meski tanpa AC tapi gak masalah karena gak panas. Suhu
udara di dalam sama dengan di luar. Kereta ini jauh lebih nyaman lagi. Interior
yang baru dan modern jadi menggelitikku untuk mengambil foto. Sebenarnya ingin
lebih lama naiknya, tapi tentu 1 jam perjalanan sudah cukup untuk sampai di
Stasiun Mojokerto. Gak nyangka lagi, saat turun dari kereta ternyata bertemu
dengan Putri, teman SMA yang juga baru turun dari kereta yang sama. Wah,
senangnya bisa sampai di Mojokerto lagi.... J