ANDRI
RIZKI PUTRA
Rangkuman biografi yang aku himpun dari berbagai sumber. Semoga menginspirasi kita semua :)
Andri Rizki
Putra lahir di Medan, 20
Oktober 1991. Rizki
merupakan anak tunggal dari ayah keturunan Tionghoa dan ibu keturunan Batak. Pada usia tiga
tahun, ayah dan ibunya bercerai sehingga Rizki hanya tinggal bersama ibunya, Arlina Sariani. Kehidupannya
sangat sederhana dalam
pengasuhan ibunya yang menjadi single parent sekaligus bekerja mencari
nafkah. Pada masa
kecilnya, ia termasuk anak yang hiperaktif, mandiri, dan berprestasi akademik
di sekolah. Ia memiliki sikap berani berpendapat sebab didikan ibunya yang
tidak pernah memaksa Rizki untuk belajar dan membebaskannya memilih apapun yang
ia sukai. Bagi Rizki, ibu adalah sosok yang memberikan kepercayaan sepenuhnya
dan selalu mendukungnya.
Pada masa remaja, Rizki dan ibunya tinggal di Jakarta bersama kakeknya. Lalu
peristiwa buruk terjadi pada pertengahan tahun 2006, ketika ia berada di kelas
9 SMP. Ia menyaksikan teman-temannya melakukan praktik mencontek dalam ujian
nasional. Parahnya, aksi tersebut diprakarsai oleh para guru agar para murid
mendapat nilai baik untuk meningkatkan reputasi sekolahnya. Para guru seperti
sengaja menutup mata terhadap murid-murid yang mencontek bahkan juga memberikan
kunci jawaban lewat SMS.
Praktik kecurangan ini mengusik batin Rizki. Ia memprotes kecurangan ini
pada guru-guru di sekolahnya namun tidak ditanggapi. Teman-teman sekolahnya pun
enggan berkomentar mengenai aksi ini. Keinginannya untuk melapor pada Kepala
Sekolah dihalang-halangi oleh beberapa guru. Keinginannya untuk melaporkan
ke Indonesia Corruption Watch (ICW)
serta mengekspos ke media dicegah oleh orang-orang terdekatnya.
Rizki tetap melaksanakan ujian nasional tanpa melalui contekan. Ia berhasil
lulus dengan nilai memuaskan. Di tiga mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa
Inggris dan Matematika ia mendapatkan nilai rata-rata 8,75. Berkat nilainya
itu, ia bisa masuk di salah satu SMA negeri unggulan di Jakarta Selatan. Namun,
ia kembali menemukan kecurangan yang membuatnya tak bersemangat bersekolah.
Sikapnya yang menentang kecurangan itu membuatnya dikucilkan oleh para guru dan
teman-teman sekolahnya. Ia dianggap gila karena tidak dapat mengikuti arus yang
umum terjadi di masyarakat. Dia sangat kecewa dengan sekolah hingga depresi dan
mengurung diri di kamar.
Kegundahan Rizki menyaksikan banyaknya kecurangan di sekolahnya tak dapat
ditahan. Walau ia mencetak nilai tertinggi dan memperoleh beasiswa murid
berprestasi tetapi ia sudah tidak bersemangat sekolah. Hanya bertahan dua
bulan, Rizky memutuskan keluar dari sekolahnya pada tahun 2006. Ia sempat
mengonsultasikan keputusannya kepada ibunya. Sang ibu menyerahkan keputusannya
pada Rizki.
Namun, bukan berarti dengan keluarnya Rizki dari sekolah membuatnya berhenti
belajar. Ia mulai mencari informasi mengenai pendidikan alternatif. Kemudian ia
menemukan program unschooling, yaitu program pemerintah untuk
pendidikan informal berupa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau yang
dikenal dengan istilah paket. Ia mengikuti program Kejar Paket C atau setara
SMA.
Rizki
belajar secara otodidak. Ia bertekad belajar dengan metodenya sendiri. Ia meminjam
buku-buku pelajaran bekas dari kerabat dan tetangganya. Lalu ia membaca seluruh
buku tersebut dan merangkum isinya dengan rinci. Ia menghabiskan 22 jam waktunya
setiap hari untuk belajar. Hasilnya, Rizki berhasil menyelesaikan pendidikan
setara SMA-nya dalam waktu satu tahun. Ia dinyatakan
lulus SMA pada usia 16 tahun dengan nilai rata-rata 9.
Prestasi Rizki
masih terus berlanjut. Pada tahun 2007 setelah mendapat ijazah Paket C, ia
berhasil lolos SNMPTN dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Indonesia. Ketika
kuliah di UI, Rizki aktif di kegiatan penelitian kampus, perlombaan debat, dan
mengajar mereka yang putus sekolah. Ia mendapat predikat Juara 3 Mahasiswa
Berprestasi Tingkat FHUI, peraih predikat cum laude (lulusan terbaik), salah
satu lulusan termuda, dan menjadi mahasiswa tercepat yang menyelesaikan
perkuliahannya (dalam waktu 6 semester). Pada tahun 2011, Rizki berhasil
menyelesaikan kuliahnya dengan predikat cum laude, saat usianya baru
20 tahun.
Pengalaman sebagai anak yang pernah
putus sekolah mendorong
Rizki untuk membuat sekolah gratis. Yayasan pertama yang ia dirikan adalah masjidschooling
bagi masyarakat kurang mampu di daerah tempat tinggalnya di Bintaro. Ia menamai masjidschooling karena
proses pembelajarannya bertempat di teras Masjid Baiturrahman Bintaro. Ia
menjadi guru bagi puluhan muridnya yang putus sekolah. Selain itu, ia dibantu
mengajar oleh ibu-ibu rumah tangga dan para mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi
Akuntansi Negara). Hingga kini masjidschooling berjalan empat tahun.
Berbekal pengalamannya di Masjidschooling, Rizki yang saat ini bekerja di
firma hukum Baker and MzKenzie, lalu mendirikan Yayasan Pemimpin Anak Bangsa
(YPAB) pada tahun 2012. Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) ini merupakan
organisasi non-profit yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan program Paket
A (Setara SD), Paket B (Setara SMP), dan Paket C (Setara SMA). Program
pendidikan ini diperuntukkan khusus bagi masyarakat putus sekolah di berbagai
jenjang tanpa dikenakan biaya pendidikan apapun atau gratis. Para pengajar di
YPAB merupakan anak-anak muda berusia 20–30 tahun dengan berbagai latar
belakang pendidikan dan profesional. Mereka menjadi relawan setia yang mengajar
tanpa bayaran.
Berbeda dengan masjidschooling yang
cenderung untuk warga muslim karena dikelola ibu-ibu pengajian, YPAB lebih
plural. Konsep pendidikan di YPAB juga fleksibel. Meskipun demikian,
mengembangkan YPAB hingga memiliki ratusan murid dari hanya dua murid bukan hal
mudah. Banyak pula tekanan dari masyarakat. Misalnya, warga pernah memprotes
Rizki karena mengira yayasannya adalah tempat berbuat mesum. Sebab, awal-awal berdiri,
proses pembelajaran YPAB di dalam kamar dan garasi. Berawal dari
sebuah garasi kecil dengan 2 murid di Tanah Abang, kini YPAB berkembang semakin
besar dengan jumlah murid lebih dari 150 orang, yang terbagi dalam 3 cabang
yaitu YPAB Tanah Abang, Bintaro dan Medan. Selain mata pelajaran umum, para
siswa di YPAB ini juga dilatih kemampuan praktis untuk berwirausaha atau entrepreneurship
serta memiliki etika dan karakter yang baik. Bagi Rizki, kejujuran adalah
harga mati.
YPAB memiliki 125 siswa dan telah berhasil meluluskan 27 orang. Mereka
berasal dari profesi beragam, dari pembantu rumah tangga, supir, cleaning
service, office boy, satpam, sampai yang sama sekali tak ada pekerjaan. Murid
Kejar Paket C di YPAB juga berhasil dikuliahkan sebanyak 2 orang pembantu rumah
tangga. Para peserta tidak dipungut bayaran sama sekali selama menempuh
pendidikan di sini, sampai mengikuti UN Kesetaraan Paket.
Syarat utama menjadi murid di sini cuma 1, komitmen untuk belajar. Menurut
Rizki, hakikat pendidikan itu intinya “transfer of knowledge,” caranya pun
sederhana. Ada murid dan ada pengajar. Sesederhana itu. Pendidikan tidak
terdefinisikan dengan sekolah saja. Begitu banyak cara untuk meraih pendidikan,
bahkan tak terbatas.Tantangan terberat dalam mengajak warga untuk terus sekolah
adalah mengubah mindset mereka. Rata-rata mereka sekolah hanya ingin memperoleh
selembar ijazah. Menurut Rizki, itu tidak cukup, selain ijazah harus memiliki
praktis skill dan yang terpenting etika.
Rizki menerapkan kedisiplinan ketat nyaris seperti di sekolah formal. Ia memang
sangat terobsesi agar para lulusan yayasannya bisa memiliki kemampuan minimal
sama dengan lulusan sekolah formal. Sehingga tidak dianggap sebelah mata. Ia
yakin, orang-orang putus sekolah juga memiliki kemampuan seperti halnya lulusan
sekolah formal. Mereka hanya tak punya kesempatan mengenyam pendidikan yang
layak.
Pada masa depan,
Rizki
berencana juga mendirikan YPAB di luar Jawa. Ia ingin YPAB memiliki perwakilan di
setiap provinsi, khususnya di daerah terpencil. Harapan Rizki itu sepertinya
mulai terpenuhi. Ia mendapat tawaran dari para donator untuk membuka cabang
YPAB di 11 daerah. Dalam waktu dekat YPAB akan membuka cabang di Surabaya dan
Bandung. Relawan juga banyak menawarkan diri untuk mengajar dari berbagai
profesi seperti IT, dokter, sampai wartawan. Beberapa komunitas dan perusahaan
seperti PT PLN, NusantaraRun, Indokasih, Komik Sains Kuark dan beberapa
universitas sudah terang-terangan mendukung yayasannya. Secara individu, Rizki
pun mengaku banyak mendapat dukungan. Mereka banyak berpartisipasi dengan mengirimkan
langsung ke rekening yayasan seperti yang ada di situs resmi kami atau
membawakan kebutuhan kami seperit papan tulis, spidol, buku-buku.
Bagi Rizki, semua yang tergabung dalam YPAB adalah pemimpin di sini. Ia
hanya bagian kecil dari berjalannya YPAB. YPAB merupakan wadah kerjasama semua
volunteer, bukan dirinya semata. Rencananya tahun 2017 ia akan pergi ke
Amerika, untuk belajar. Pilihannya ada dua, School of Education atau School of
Public Policy. Atau mungkin mengambil kedua-duanya. Cerita Rizki yang
menginspirasi ini ternyata telah dilirik oleh sebuah penerbit. Buku tentang
pengalaman ia menimba ilmu baik selama sekolah maupun putus sekolah telah
terbit pada tahun 2014. Buku tersebut berjudul “Orang Jujur Tidak Sekolah”. Di situ
Rizki juga berbagi kisah mendirikan yayasan dan apa saja tantangannya. Ia juga
berhasil mendapatkan penghargaan Kick Andy Young Hero pada tahun 2015. Rizki adalah
motivator yang patut diteladani oleh generasi muda Indonesia.
Referensi:
Berbagai sumber dari internet, di antaranya wikipedia.com, nyata.co.id, www.palingaktual.com, dan
kickandy.com
Mojokerto,
20-06-2015
Insan yang sangat menginspirasi...kejujuran dan tekad besarnya untuk berbagi dan memajukan anak-anak bangsa yang kurang beruntung sangat diperlukan negeri ini
BalasHapus