:: Kesederhanaan Hujan ::
Terkadang sang surya harus berhenti sombongkan kilaunya.
Sembunyi di balik gumpalan mendung menggelayut manja di pundak angkasa.
Dari sana tertulis syair-syair nir-aksara.
Turun perlahan dalam bulir-bulir tirta.
Hujan, manusia memanggilnya.
Jatuh basahi sukma gersang, layu, nan membara.
Sebagian kalang kabut menghindarinya, mencari tempat berteduh, mengutuknya.
Sebagian lain berdiri di bawahnya, menikmati, segar mengguyurnya.
Hujan tak bermaksud melawan.
Hujan tak untuk dihindari.
Biarkan ia menari pada belaian di tubuh dan jiwa ini.
Agar bumi mengerti betapa sederhana hujan.
Ia setia sampaikan pesan atas anugerah Tuhan.
Mojokerto, musim hujan akhir tahun 2013.
Sembunyi di balik gumpalan mendung menggelayut manja di pundak angkasa.
Dari sana tertulis syair-syair nir-aksara.
Turun perlahan dalam bulir-bulir tirta.
Hujan, manusia memanggilnya.
Jatuh basahi sukma gersang, layu, nan membara.
Sebagian kalang kabut menghindarinya, mencari tempat berteduh, mengutuknya.
Sebagian lain berdiri di bawahnya, menikmati, segar mengguyurnya.
Hujan tak bermaksud melawan.
Hujan tak untuk dihindari.
Biarkan ia menari pada belaian di tubuh dan jiwa ini.
Agar bumi mengerti betapa sederhana hujan.
Ia setia sampaikan pesan atas anugerah Tuhan.
Mojokerto, musim hujan akhir tahun 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar