Sabtu, 20 Juni 2015

Biografi Andri Rizki Putra

ANDRI RIZKI PUTRA


Rangkuman biografi yang aku himpun dari berbagai sumber. Semoga menginspirasi kita semua :)
 
Andri Rizki Putra lahir di Medan, 20 Oktober 1991. Rizki merupakan anak tunggal dari ayah keturunan Tionghoa dan ibu keturunan Batak. Pada usia tiga tahun, ayah dan ibunya bercerai sehingga Rizki hanya tinggal bersama ibunya, Arlina Sariani. Kehidupannya sangat sederhana dalam pengasuhan ibunya yang menjadi single parent sekaligus bekerja mencari nafkah. Pada masa kecilnya, ia termasuk anak yang hiperaktif, mandiri, dan berprestasi akademik di sekolah. Ia memiliki sikap berani berpendapat sebab didikan ibunya yang tidak pernah memaksa Rizki untuk belajar dan membebaskannya memilih apapun yang ia sukai. Bagi Rizki, ibu adalah sosok yang memberikan kepercayaan sepenuhnya dan selalu mendukungnya.

Pada masa remaja, Rizki dan ibunya tinggal di Jakarta bersama kakeknya. Lalu peristiwa buruk terjadi pada pertengahan tahun 2006, ketika ia berada di kelas 9 SMP. Ia menyaksikan teman-temannya melakukan praktik mencontek dalam ujian nasional. Parahnya, aksi tersebut diprakarsai oleh para guru agar para murid mendapat nilai baik untuk meningkatkan reputasi sekolahnya. Para guru seperti sengaja menutup mata terhadap murid-murid yang mencontek bahkan juga memberikan kunci jawaban lewat SMS.

Praktik kecurangan ini mengusik batin Rizki. Ia memprotes kecurangan ini pada guru-guru di sekolahnya namun tidak ditanggapi. Teman-teman sekolahnya pun enggan berkomentar mengenai aksi ini. Keinginannya untuk melapor pada Kepala Sekolah dihalang-halangi oleh beberapa guru. Keinginannya untuk melaporkan ke Indonesia Corruption Watch (ICW) serta mengekspos ke media dicegah oleh orang-orang terdekatnya.

Rizki tetap melaksanakan ujian nasional tanpa melalui contekan. Ia berhasil lulus dengan nilai memuaskan. Di tiga mata pelajaran: Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika ia mendapatkan nilai rata-rata 8,75. Berkat nilainya itu, ia bisa masuk di salah satu SMA negeri unggulan di Jakarta Selatan. Namun, ia kembali menemukan kecurangan yang membuatnya tak bersemangat bersekolah. Sikapnya yang menentang kecurangan itu membuatnya dikucilkan oleh para guru dan teman-teman sekolahnya. Ia dianggap gila karena tidak dapat mengikuti arus yang umum terjadi di masyarakat. Dia sangat kecewa dengan sekolah hingga depresi dan mengurung diri di kamar.

Kegundahan Rizki menyaksikan banyaknya kecurangan di sekolahnya tak dapat ditahan. Walau ia mencetak nilai tertinggi dan memperoleh beasiswa murid berprestasi tetapi ia sudah tidak bersemangat sekolah. Hanya bertahan dua bulan, Rizky memutuskan keluar dari sekolahnya pada tahun 2006. Ia sempat mengonsultasikan keputusannya kepada ibunya. Sang ibu menyerahkan keputusannya pada Rizki.

Namun, bukan berarti dengan keluarnya Rizki dari sekolah membuatnya berhenti belajar. Ia mulai mencari informasi mengenai pendidikan alternatif. Kemudian ia menemukan program unschooling, yaitu program pemerintah untuk pendidikan informal berupa Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau yang dikenal dengan istilah paket. Ia mengikuti program Kejar Paket C atau setara SMA.

Rizki belajar secara otodidak. Ia bertekad belajar dengan metodenya sendiri. Ia meminjam buku-buku pelajaran bekas dari kerabat dan tetangganya. Lalu ia membaca seluruh buku tersebut dan merangkum isinya dengan rinci. Ia menghabiskan 22 jam waktunya setiap hari untuk belajar. Hasilnya, Rizki berhasil menyelesaikan pendidikan setara SMA-nya dalam waktu satu tahun. Ia dinyatakan lulus SMA pada usia 16 tahun dengan nilai rata-rata 9.

Prestasi Rizki masih terus berlanjut. Pada tahun 2007 setelah mendapat ijazah Paket C, ia berhasil lolos SNMPTN dan diterima sebagai mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Ketika kuliah di UI, Rizki aktif di kegiatan penelitian kampus, perlombaan debat, dan mengajar mereka yang putus sekolah. Ia mendapat predikat Juara 3 Mahasiswa Berprestasi Tingkat FHUI, peraih predikat cum laude (lulusan terbaik), salah satu lulusan termuda, dan menjadi mahasiswa tercepat yang menyelesaikan perkuliahannya (dalam waktu 6 semester). Pada tahun 2011, Rizki berhasil menyelesaikan kuliahnya dengan predikat cum laude, saat usianya baru 20 tahun.

Pengalaman sebagai anak yang pernah putus sekolah mendorong Rizki untuk membuat sekolah gratis. Yayasan pertama yang ia dirikan adalah masjidschooling bagi masyarakat kurang mampu di daerah tempat tinggalnya di Bintaro. Ia menamai masjidschooling karena proses pembelajarannya bertempat di teras Masjid Baiturrahman Bintaro. Ia menjadi guru bagi puluhan muridnya yang putus sekolah. Selain itu, ia dibantu mengajar oleh ibu-ibu rumah tangga dan para mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Hingga kini masjidschooling berjalan empat tahun.

Berbekal pengalamannya di Masjidschooling, Rizki yang saat ini bekerja di firma hukum Baker and MzKenzie, lalu mendirikan Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) pada tahun 2012. Yayasan Pemimpin Anak Bangsa (YPAB) ini merupakan organisasi non-profit yang menyelenggarakan pendidikan kesetaraan program Paket A (Setara SD), Paket B (Setara SMP), dan Paket C (Setara SMA). Program pendidikan ini diperuntukkan khusus bagi masyarakat putus sekolah di berbagai jenjang tanpa dikenakan biaya pendidikan apapun atau gratis. Para pengajar di YPAB merupakan anak-anak muda berusia 20–30 tahun dengan berbagai latar belakang pendidikan dan profesional. Mereka menjadi relawan setia yang mengajar tanpa bayaran.

Berbeda dengan masjidschooling yang cenderung untuk warga muslim karena dikelola ibu-ibu pengajian, YPAB lebih plural. Konsep pendidikan di YPAB juga fleksibel. Meskipun demikian, mengembangkan YPAB hingga memiliki ratusan murid dari hanya dua murid bukan hal mudah. Banyak pula tekanan dari masyarakat. Misalnya, warga pernah memprotes Rizki karena mengira yayasannya adalah tempat berbuat mesum. Sebab, awal-awal berdiri, proses pembelajaran YPAB di dalam kamar dan garasi. Berawal dari sebuah garasi kecil dengan 2 murid di Tanah Abang, kini YPAB berkembang semakin besar dengan jumlah murid lebih dari 150 orang, yang terbagi dalam 3 cabang yaitu YPAB Tanah Abang, Bintaro dan Medan. Selain mata pelajaran umum, para siswa di YPAB ini juga dilatih kemampuan praktis untuk berwirausaha atau entrepreneurship serta memiliki etika dan karakter yang baik. Bagi Rizki, kejujuran adalah harga mati.

YPAB memiliki 125 siswa dan telah berhasil meluluskan 27 orang. Mereka berasal dari profesi beragam, dari pembantu rumah tangga, supir, cleaning service, office boy, satpam, sampai yang sama sekali tak ada pekerjaan. Murid Kejar Paket C di YPAB juga berhasil dikuliahkan sebanyak 2 orang pembantu rumah tangga. Para peserta tidak dipungut bayaran sama sekali selama menempuh pendidikan di sini, sampai mengikuti UN Kesetaraan Paket.

Syarat utama menjadi murid di sini cuma 1, komitmen untuk belajar. Menurut Rizki, hakikat pendidikan itu intinya “transfer of knowledge,” caranya pun sederhana. Ada murid dan ada pengajar. Sesederhana itu. Pendidikan tidak terdefinisikan dengan sekolah saja. Begitu banyak cara untuk meraih pendidikan, bahkan tak terbatas.Tantangan terberat dalam mengajak warga untuk terus sekolah adalah mengubah mindset mereka. Rata-rata mereka sekolah hanya ingin memperoleh selembar ijazah. Menurut Rizki, itu tidak cukup, selain ijazah harus memiliki praktis skill dan yang terpenting etika.

Rizki menerapkan kedisiplinan ketat nyaris seperti di sekolah formal. Ia memang sangat terobsesi agar para lulusan yayasannya bisa memiliki kemampuan minimal sama dengan lulusan sekolah formal. Sehingga tidak dianggap sebelah mata. Ia yakin, orang-orang putus sekolah juga memiliki kemampuan seperti halnya lulusan sekolah formal. Mereka hanya tak punya kesempatan mengenyam pendidikan yang layak.

Pada masa depan, Rizki berencana juga mendirikan YPAB di luar Jawa. Ia ingin YPAB memiliki perwakilan di setiap provinsi, khususnya di daerah terpencil. Harapan Rizki itu sepertinya mulai terpenuhi. Ia mendapat tawaran dari para donator untuk membuka cabang YPAB di 11 daerah. Dalam waktu dekat YPAB akan membuka cabang di Surabaya dan Bandung. Relawan juga banyak menawarkan diri untuk mengajar dari berbagai profesi seperti IT, dokter, sampai wartawan. Beberapa komunitas dan perusahaan seperti PT PLN, NusantaraRun, Indokasih, Komik Sains Kuark dan beberapa universitas sudah terang-terangan mendukung yayasannya. Secara individu, Rizki pun mengaku banyak mendapat dukungan. Mereka banyak berpartisipasi dengan mengirimkan langsung ke rekening yayasan seperti yang ada di situs resmi kami atau membawakan kebutuhan kami seperit papan tulis, spidol, buku-buku.

Bagi Rizki, semua yang tergabung dalam YPAB adalah pemimpin di sini. Ia hanya bagian kecil dari berjalannya YPAB. YPAB merupakan wadah kerjasama semua volunteer, bukan dirinya semata. Rencananya tahun 2017 ia akan pergi ke Amerika, untuk belajar. Pilihannya ada dua, School of Education atau School of Public Policy. Atau mungkin mengambil kedua-duanya. Cerita Rizki yang menginspirasi ini ternyata telah dilirik oleh sebuah penerbit. Buku tentang pengalaman ia menimba ilmu baik selama sekolah maupun putus sekolah telah terbit pada tahun 2014. Buku tersebut berjudul “Orang Jujur Tidak Sekolah”. Di situ Rizki juga berbagi kisah mendirikan yayasan dan apa saja tantangannya. Ia juga berhasil mendapatkan penghargaan Kick Andy Young Hero pada tahun 2015. Rizki adalah motivator yang patut diteladani oleh generasi muda Indonesia.


Referensi: Berbagai sumber dari internet, di antaranya wikipedia.com, nyata.co.id, www.palingaktual.com, dan kickandy.com

Mojokerto, 20-06-2015