Impian di Awan
Waktu di sekelilingku
berlalu
tak pernah terasa,
namun makin tak ramah saja.
Suara detak detik
yang tiba-tiba mengejar-ngejar.
Menenggelamkanku.
Sedang aku masih
diam di alam nyamanku.
Hingga mendadak tersadar,
ini bukan fatamorgana
yang ku anggap air di tengah padang pasir.
Harusnya aku berjalan,
berlari,
atau melesat tinggi.
Bukan untuk menjauh,
tapi mendekati.
Saat dia hadir tanpa ku minta.
Lalu mengapa aku masih mencari?
Seperti tubuh separuh tak terlengkapi.
Betapa bodohnya
jika hanya menanti.
Masih terdiam
mendongakkan kepala
menerawang jauh
ke mana impian berlabuh.
Dia beterbangan bersama awan.
Hanya berangan
melayang meraihnya.
Semestinya bisa kuterima di hadapan mata.
Negeri impian, 26 Januari 2014
berlalu
tak pernah terasa,
namun makin tak ramah saja.
Suara detak detik
yang tiba-tiba mengejar-ngejar.
Menenggelamkanku.
Sedang aku masih
diam di alam nyamanku.
Hingga mendadak tersadar,
ini bukan fatamorgana
yang ku anggap air di tengah padang pasir.
Harusnya aku berjalan,
berlari,
atau melesat tinggi.
Bukan untuk menjauh,
tapi mendekati.
Saat dia hadir tanpa ku minta.
Lalu mengapa aku masih mencari?
Seperti tubuh separuh tak terlengkapi.
Betapa bodohnya
jika hanya menanti.
Masih terdiam
mendongakkan kepala
menerawang jauh
ke mana impian berlabuh.
Dia beterbangan bersama awan.
Hanya berangan
melayang meraihnya.
Semestinya bisa kuterima di hadapan mata.
Negeri impian, 26 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar