Cuplikan
“You Are My Destiny 1”:
Sonia (21 tahun), putri seorang
pengusaha kaya yang sedang berlibur sendirian di villa tepi pantai berkenalan
dengan Andra (24 tahun). Beberapa hari Sonia dan Andra yang sama-sama memiliki
villa di sana menikmati suasana pantai yang indah. Tanpa disangka, orang tua
Sonia mengadakan acara perjodohan dadakan. Sonia akan dikenalkan dengan Devan,
putra Pak Rudy, teman seprofesi ayah Sonia. Di saat yang sama, Andra mengajak
Sonia bertemu di tempat rahasia yang hanya mereka ketahui berdua. Beruntung,
ternyata Devan tak datang ke acara perjodohan itu. Di tengah hujan deras, Sonia
menjemput Andra lalu mengajaknya ke villa-nya sebab badan Andra demam. Sampai
di villa, betapa kagetnya orang tua Sonia melihat lelaki yang mengaku bernama
Andra itu. Ayah Sonia yakin, Andra adalah Devan putra Pak Rudy yang akan
dijodohkan dengan Sonia.
***
Malam hari di villa keluarga Sonia.
Hari ini sungguh melelahkan bagi
Sonia. Setelah acara perjodohannya gagal, kini masalah baru sedang ia hadapi. Orang
tua Sonia masih berdebat dengan putri tunggalnya itu. Mereka sangat yakin
lelaki yang bernama Andra itu adalah Devan, putra Pak Rudy yang akan dijodohkan
dengan Sonia hari ini. Tapi Devan tak bisa datang. Rupanya ia memang sengaja
kabur dengan menyamar sebagai Andra. Sonia memandangi Andra yang sedang tidur
berselimut di sofa villa-nya. Tubuh lelaki itu demam akibat kehujanan di
dermaga tadi. Sonia pun membawanya ke sini.
Pikiran
Sonia kacau sekarang. Benarkah Andra dan Devan itu orang yang sama? Ingin
rasanya Sonia bertanya pada Andra, tapi ia sudah tidur pulas. Malam semakin
larut, orang tua Sonia pun sudah pergi tidur. Sonia yang tak bisa tidur masih
terjaga di kamarnya. Hati Sonia masih dipenuhi kebingungan, harus sedih atau
senang. Terngiang kata-kata ayahnya tadi,”Mungkin saja Devandra mengaku namanya
Andra. Padahal panggilan sebenarnya Devan. Besok kalau dia bangun, kita harus
tanya dia! Papa tidak terima, kalau dia sengaja kabur dari perjodohan ini
dengan tidak bertanggungjawab!”
Keletihan
Sonia akhirnya membuat ia tertidur juga. Baru beberapa jam memejamkan mata,
Sonia merasa ada seseorang yang membangunkannya. Ia membuka mata dan melihat
Andra di depannya. Andra mengisyaratkan agar Sonia tidak berisik. Sonia melihat
jam dinding. Pukul 4 pagi. Sonia mengucek-ucek matanya. Ia mencoba sadar bahwa
ini bukan mimpi.
“Andra, apa yang kamu lakukan di sini??”
“Maaf, Nia... Maaf banget! Aku nggak bermaksud nyakiti
kamu... Aku baru tau, papa kamu adalah Pak Indra. Ternyata kamu yang mau
dijodohin ma aku! Maaf, Nia.... Maaf....,” Andra alias Devan memandang Sonia
lekat-lekat. Sonia pun tercengang dengan hal tak terduga ini.
“Jadi kamu Devan??! Lalu gimana dengan perjodohan kita?
Berlanjutkah?”
“Aku belum siap. Maaf, Nia... Maaf...,” dengan wajah
penuh kesedihan, Devan pergi meninggalkan Sonia. Ia keluar dari villa itu dan
berlari menembus dinginnya subuh hari. Sonia segera mengejar.
“Andraa!! Devan!! Devaannn!!” Sonia memanggil-manggil
penuh kebingungan. Namun ia tak dapat menemukan sosok Andra atau Devan lagi.
Orang tua Sonia yang baru terbangun dari tidur juga mengikuti Sonia ke teras
villa.
“Pergi kemana Devan?? Mana dia??” tanya Papa dengan wajah
penuh amarah. Sonia hanya menggeleng.
“Dia udah pergi, Pa... Dia memang Devan...,” jawab Sonia.
“Kurang ajar!! Dia ngaku tapi nggak mau menemui kita!
Maunya apa tu anak?? Main kabur-kabur aja bisanya!” Papa berang.
“Ya Tuhan... Ternyata kita salah pilih, Pa.....,” jawab
Mama dengan wajah sedih.
“Di sebelah mana villa Devan? Papa mau cari dia! Pasti
dia belum jauh kabur dari sini!”
“Aku nggak tau, Pa.. Aku nggak pernah ke villa dia.
Ngapain juga ke villanya cowok?!” jawab Sonia,”Udahlah, Pa... Nanti aja
diomongin baik-baik sama Pak Rudy, papanya Devan.”
“Nggak bisa!! Papa udah nggak respect sama Devan! Mulai
sekarang, kamu jangan berhubungan lagi sama Devan! Papa juga mau mutusin
hubungan bisnis dengan Pak Rudy! Papa nggak sudi berhubungan dengan keluarga
mereka!”
“Apaa? Aku udah berteman dengan Devan, Pa. Walaupun
sebagai Andra.. Tapi...,” Sonia tak sanggup meneruskan lagi. Ia mulai suka pada
Andra, tapi.... Tapi ternyata dia adalah Devan yang kabur dan hubungan mereka
harus berakhir seperti ini. Ya Tuhan... Kenapa begini??
Dua
tahun kemudian......
Sonia berjalan memasuki kantor dengan langkahnya yang
tegap nan anggun. Setiap karyawan yang berpapasan dengannya pasti berhenti
sejenak untuk memandang dan menyapanya. Sonia pun membalas dengan sapaan ramah
dan senyum menawan. Ia memang mempesona. Dengan rambut lurusnya yang tergerai
panjang, wajah ber-make up natural, juga pakaian yang rapi membuatnya terlihat
segar dan bersemangat. Ia siap memulai pekerjaan hari ini. Sudah beberapa
bulan, ia menjadi manager di perusahaan ayahnya. Ia menuruti keinginan ayahnya
untuk mengelola bisnis setelah lulus kuliah.
Namun ada keinginan ayahnya yang tak bisa ia laksanakan,
yaitu perjodohannya dengan Sandy. Setelah perjodohannya dengan Devandra gagal
dua tahun yang lalu, Papa menjodohkan Sonia dengan putra temannya yang lain. Ya
Tuhan... Sonia merasa lelah sekali dengan perjodohan yang tak ia inginkan.
Hatinya masih terus mengenang Andra alias Devan yang dulu ia kenal tanpa
sengaja di villa tepi pantai. Tanpa kesengajaan, tanpa perjodohan, dan justru
itu yang membuatnya terkesan. Entah di mana Devandra sekarang? Tidakkah ia juga
merindukan Sonia? Sonia memasuki ruang kerjanya. Dibukanya beberapa map berisi
arsip di meja kerjanya. Tidak berapa lama, masuklah seorang lelaki ke ruangan
itu.
“Selamat pagi, Nia......,” ucapnya dengan senyum
mengembang.
“Sandy..?! Bisa ngetuk pintu dulu kan sebelum masuk??”
protes Sonia. Selama ini, Sonia memang jutek pada Sandy.
“Oke.. Sorry... Aku ke sini mau ngajakin kamu ke
kantorku. Kita bahas rencana kerjasama bisnis, yuk... Aku juga udah ngajak
teman kuliahku buat kerja sama dengan kita,” Sandy bicara dengan antusias. Tapi
Sonia masih sibuk dengan kertas-kertas di atas mejanya.
“Nia...! Kamu dengar aku, kan??” tanya Sandy dengan
volume suara lebih keras.
“Iya...,” hanya itu yang keluar dari mulut Sonia.
“Kamu bisa lebih hargai aku kah? Mungkin kamu belum bisa
terima aku sebagai tunanganmu. Oke...! Tapi paling tidak, hargai aku sebagai
rekan bisnismu!” ucap Sandy tegas. Sonia tersentak. Ia baru sadar, betapa buruk
perlakuannya pada Sandy selama mereka tunangan sebulan ini.
“Emm... Maaf, Sandy... Oke... Abis makan siang nanti kita
ke kantormu yaa...,” jawab Sonia lembut.
Sandy pun luluh dan mengangguk,”Nah, gitu dong.....”
Di
kantor perusahaan Sandy....
Sandy menggandeng Sonia memasuki kantornya. Para karyawan
memandangi mereka. Sonia merasa tak nyaman dan berusaha melepas genggaman
tangan Sandy. Hingga ada seorang karyawan yang menggoda mereka,”Mesra banget
nih Pak Sandy.....” Sandy hanya tersenyum. Sesampainya di depan pintu ruang
kerjanya, Sandy baru melepaskan tangannya.
“Sandy..?!! Kamu tu keterlaluan banget yaa!! Sakit nih
tanganku..!” Sonia mengeluh.
“Maaf, Sayang... Aku seneng banget ngajak kamu ke
kantorku dan para karyawan bisa liat tunanganku yang cantik banget! Hehe..,”
Sandy beralasan. Sonia cemberut.
Sandy dan Sonia masuk ke ruang kerja. Mereka duduk di
sofa berwarna kecoklatan. Mereka menunggu teman kuliah Sandy yang diajak kerja
sama dalam bisnis ini. Sandy sibuk dengan laptopnya sedangkan Sonia membaca
majalah. Beberapa menit kemudian, pintu diketuk oleh seseorang. Sandy
mempersilakannya masuk. Muncul dari balik pintu seorang lelaki yang dikenal
Sonia. Ia hapal betul wajah itu, senyum itu..
“Andra....,” panggil Sonia lirih.
Lelaki yang baru datang itupun tersentak. Ia mematung di
tempatnya melihat gadis yang duduk di hadapannya. Gadis yang ia temui di villa
tepi pantai dua tahun lalu. Gadis yang hendak dijodohkan dengannya, tapi ia
memilih kabur begitu saja.....
“Nia...! Emmm... Sandy, apa kabar?” Devan mengalihkan
pandangan.
“Hey, Devan. Aku baik-baik aja.... Tunggu, tunggu! Kalian
saling kenal?” Sandy memandangi Devan dan Sonia. Mereka tidak menjawab. Suasana
hening.
“Kita pernah ketemu secara nggak sengaja...,” ucap Sonia
berusaha tenang.
“Oke... Kita bisa mulai ngomongin bisnis, kan?” Sandy
mulai membicarakan bisnis. Mereka berusaha profesional tanpa dicampuri urusan
pribadi.
Malam
hari...
Setelah pulang dari kantor, Sonia segera menghempaskan
diri ke tempat tidur. Kejadian hari ini membuatnya tak habis pikir. Ia bertemu
teman kuliah Sandy, yang ternyata adalah Devandra! Apa dunia ini hanya selebar
daun kelor? Dunia ini sempit sekali hingga ia begitu mudahnya bertemu lagi
dengan Devandra. Bahkan Devandra dan Sandy itu teman kuliah! Ia bimbang dengan
dua orang lelaki yang kini ada di kehidupannya. Keadaan ini membuatnya
tertekan. Haruskah ia teruskan hubungan dngan Sandy, sedangkan ia masih
menyimpan rasa pada Devandra? Aaarrrrgghhh....!!! Kepala Sonia serasa mau
pecah. Ia harus bagaimana?
Satu
minggu kemudian...
Sonia memasukkan baju-baju ke dalam kopernya. Ia
bersiap-siap pergi ke villa di tepi pantai milik keluarganya. Ia ingin
menenangkan diri di tempat favoritnya itu. Selama beberapa hari ini, ia
menjalankan hidup dengan penuh tekanan. Sandy mulai bertanya kapan pernikahan
mereka akan dilaksanakan, sedangkan ia juga semakin dekat dengan Devandra. Ia
merasa terjebak di antara dua pilihan. Mungkinkah ia menikah dengan Sandy tanpa
cinta? Tapi ini juga keinginan orang tuanya. Padahal ia masih menginginkan
Devandra...
Di
villa tepi pantai.....
Sonia sudah berada di villa. Ia tidak membawa hand phone.
Ia sungguh-sungguh ingin tenang. Bahkan ia tidak berpamitan pada Sandy. Ia juga
meminta orang tuanya tidak memberitahu siapa-siapa tentang kemana ia pergi.
Meski Sonia ragu, karena orang tuanya pasti memberitahu Sandy. Tapi biarlah,
Sonia tak ingin memikirkan Sandy!
Sonia berjalan pelan di pinggir pantai. Menyusuri jejak
kenangan yang pernah ia rangkai bersama seorang cowok “gila”. Ia mengajak
berkenalan dengan nama Andra, cowok yang kabur karena akan dijodohkan oleh
orang tuanya. Ternyata perempuan yang akan dijodohkan itupun dirinya. Sonia
tersenyum sendiri mengingat peristiwa itu..
“Sonia??” tiba-tiba suara yang sangat ia kenal memanggil
dari belakangnya.
“Andra?? Kamu juga di sini???” Sonia seakan tak percaya.
Mereka tidak janjian, tapi mereka bisa bertemu kembali di tempat ini.
“Iya, Nia... Aku rindu tempat ini. Setelah dua tahun, aku
baru ke sini lagi sekarang. Ku pikir, aku tak akan kembali ke sini lagi,” Devan
menerawang jauh ke laut lepas.
“Aku juga sama... Dan kita bertemu lagi dengan kondisi
yang berbeda. Aku dijodohkan dengan Sandy.. Kamu juga banyak berubah, lebih
dewasa sekarang,” Sonia memandangi Devan lekat-lekat. Begitu pula Devan
memandangi Sonia dengan rambut panjangnya yang berkibar ditiup angin pantai.
Mereka tak mengetahui, Sandy mengawasi mereka dari kejauhan.
“Oh... Jadi
begini yang kalian lakukan di belakangku??!! Bernostalgia. Jalan-jalan bersama
ke tepi pantai. Nginep berdua di villa, gitu!!” Sandy menatap tajam pada Devan
dan Sonia.
“Sandy!! Aku nggak sengaja ketemu Devan di sini. Kita nggak
ada apa-apa!” Sonia menjawab tegas. Devan pun terlihat tenang. Ia bukan lagi
cowok bandel yang semaunya sendiri seperti dulu.
“Sorry, Sandy.. Mungkin aku ganggu acara kalian di sini.
Aku pergi dulu,” Devan melangkah pergi. Rasanya Sonia ingin mencegahnya. Tapi
Sandy menghalanginya.
“Nia, tatap mataku!” Sandy berdiri tepat di hadapan
Sonia,”Kamu kira aku nggak tau tentang hubungan kamu ma Devandra?! Kalian dulu
hampir dijodohin tapi gagal kan? Karena kebodohan si Devan kabur begitu aja! Ternyata
kalian ketemu tanpa sengaja dan kamu suka sama dia! Sampai sekarang hatimu
masih buat Devan! Gak ada sedikitpun buatku! Iya kan?? Jawab, Nia!!” ucap Sandy
penuh emosi.
“Maaf, Sandy... Maaf... Aku menyesal, aku gak bisa
mencintaimu,” hanya itu yang diucapkan Sonia. Air mata menetes di pipinya.
Sandy memandangnya dengan sedih. Sandy pun memeluk Sonia.
“Mungkin kita memang gak bisa bersama, Nia... Apapun yang
ku lakukan, gak pernah bisa buat miliki hatimu. Kamu bukan buatku. Kamu milik
Devandra...,” Sandy melepas pelukannya. Ia pergi meninggalkan Sonia sendiri di
tepi pantai itu...
***
Di
rumah Sonia....
Devandra datang bersama kedua orang tuanya. Sonia dan
juga kedua orang tuanya menyambut kedatangan mereka. Setelah bersalam-salaman
dan basa-basi sejenak, akhirnya dibahaslah hubungan mereka.
“Pak Indra beserta keluarga, terima kasih telah bersedia
menerima kedatangan saya bersama orang tua kemari. Tujuan utama saya ke sini
adalah memohon maaf atas kejadian dua tahun yang lalu hingga perjodohan yang
direncanakan menjadi gagal. Saya sangat menyesal. Saat itu, saya tidak bersikap
dewasa sehingga mengecewakan Pak Indra sekalian. Mohon maafkanlah saya,” ucap
Devandra penuh santun.
“Saya sudah memaafkan. Saya dengar dari Nak Sandy, bahwa
Nak Devan sebenarnya sangat baik. Dan selama dua tahun ini, Nak Devan sudah
banyak berubah manjadi lebih baik. Saya harap, keluarga kita bisa selalu
menjalin silaturahmi,” ucap Pak Indra, ayah Sonia.
“Terima kasih banyak, Pak Indra... Pada kesempatan ini
juga, saya memohon izin untuk melamar Sonia. Tanpa perlu dijodohkan atau
dipaksakan. Saya dan Sonia telah saling mengenal dan juga saling mencintai..
Mohon berikanlah restu pada kami untuk menjalin hubungan yang lebih serius,”
kata Devan mantap. Pak Indra dan istrinya tersenyum lega. Sonia pun terharu.
Akhirnya takdir mempersatukan mereka. Terkadang manusia pun tak perlu campur
tangan. Takdir telah miliki jalannya sendiri...
TAMAT
Harrah's Casino, Atlantic City - MapYRO
BalasHapusFind 제주 출장안마 hotels near Harrah's Casino, 양산 출장마사지 Atlantic City on MapYRO®. Find your perfect stay with the city's 의왕 출장마사지 top promos, nightlife, 하남 출장안마 restaurants and 익산 출장안마