Senin, 19 Januari 2015

PUISI JANUARI


TAK TERKATAKAN

siap jatuh, siap patah
sebab bukan cinta yang salah

“jatuh cinta” adalah:
merapat ke tepi
di atap gedung tertinggi
memejamkan mata, menghela napas
lalu melompat terjun bebas

“rindu” adalah:
menyuntikkan candu ke aliran darah
berhalusinasi sebuah wajah
hingga mata tak mampu terpejam
bahkan khayalan dikuasainya dengan kejam

“patah hati” adalah:
lebih dari tulang yang retak
lebih dari napas yang sesak
lebih dari segala kesakitan yang dapat diungkapkan
tapi harus relakan
agar tiada sebuah kesalahan

hingga hilang kesadaran
bibir terkunci oleh pedihnya
berakhir cinta
tak sempat terkatakan

03.03.14 






MENTARI ABADI

aku adalah aksara
yang tak pernah kau baca

aku adalah lagu
tanpa suara

aku adalah lentera
hampir padam
karenamu mentari terbenam
dan biar tertelan malam

aku bertanya saat dingin menggigit
akankah esok mentari terbit?

tapi pasti bukan kau
yang buta aksaraku
tuli laguku
tak mengenali sinarku

siapapun orang lain tiba, hadirlah
bawalah cinta, terbitlah
mentariku untuk hari baru
abadikan cerita, nada,
dan cahaya di surgaku

03.01.14



KUATKAN AKU

lemah kaki melangkah
tiada siapa tunjukkan arah
ke mana tujuan
tuk cari jejak kebenaran

lemah iman kadang naik dan turun
mudah tertipu seakan fatamorgana gurun
kalbu bukan baja
mudah terhempas ombak samudera
 
lemah makhluk kecil di tengah galaksi
miliki setitik nurani
seperti bintang tanpa rasi
lewati malam sendiri

lalu pada asma-Mu
kompasku, petunjukku
tamengku, pelindungku
oborku, penerangku

Maha Kuasa penguatku,
lenyapkan lemahku

dengan nama-Mu
terukir di setiap hembus napasku
kuatkan aku
kuatkan aku
kuatkan aku

sebab selain-Mu tiada mampu

03.01.14

Laa haulaa wa laa quwwata illa billah *



HANYA HAMPA

lelah bertualang
mencari sebuah ruang
setelah rasa lara menjalari sukma
hanya hampa

mengenal dunia
hiruk pikuknya penuh fana
gagal tumbuhkan asa
hanya hampa

memutuskan kembali pulang
ke-alpa-an datang
nihil hasil tuk dipajang
hanya hampa

akulah hampa
entah apa pikirmu
inilah aku
nilailah aku sesukamu

ketika aku tak miliki sesuatu
satupun tuk ku tunjukkan padamu
hanya ada hampa
hanya hampa
masihkah ku berarti di matamu
bila ku tak punya
apa-apa
hanya
hampa

04.01.15



WANITAKU

sangat lembut
sehalus helai sutera
kerudungmu membelai rambut

sangat lembut
sehangat fajar menyambut
kala embun dipeluk kabut

terlalu lembut menyebut
setiap kecewa yang hilang
serupa awan tak mengulang
bentuknya untuk kedua kalinya

maka biar kau paksa diri
mencari sebongkah besi
atau batu untuk kuat membendung hati

walau kau telah tahu
lembut air matamu menetes
setetes demi setetes
mampu karatkan besi
mampu lubangi batu
bila kesabaranmu
setia pada sang waktu

tetaplah tegar seperti caramu
kekuatanmu di kelembutanmu

wahai, wanitaku

11.01.15


Terik dan Rintik

Malam itu hujan. Ku berbaring kelelahan. Setelah terik surya menyiksa jiwa seharian.

Malam itu hujan. Ku kirim pesan tanpa balasan. Dari seonggok teknologi seolah telepati menangisi mimpi sunyi.

Malam itu hujan. Bahkan jangkrik kedinginan enggan bernyanyi.

Malam itu hujan. Terbunuhlah sepi. Sebab rintik hujan menemani.

Malam itu hujan. Ku menyapa Tuhan dengan merenda doa sendiri.

Malam itu hujan. Ketika kawan-kawan temukan pasangan lalu pergi.

Malam itu hujan. Ku berharap esok pagi bangun berdiri.

Kembali melawan terik atau menembus rintik. Melanjutkan hari. Sedangkan kau belum di sisi.

12.01.15




TAK TERASA

mengapa tak terasa?
perjalanan meletihkan
melewati kerikil-kerikil tajam
melukai kaki
tetes darah jadi jejak abadi

mengapa tak terasa?
jalan panjang
berliku-liku tanpa penerang
gelap tiada cahaya bintang
tapi petunjuk arah selalu datang

mengapa tak terasa?
detik waktu memaksa berlari
semangat hampir mati
terengah-engah dan tertatih
pada akhirnya sampai

telah tercapai
di tujuan penantian ini
betapa lega hati

ku tanya sekali lagi
mengapa tak terasa?
karena kita lalui bersama
walau hanya bayangmu saja
13.01.15







Tidak ada komentar:

Posting Komentar